Selasa, 17 Juli 2012

Bersukrlah

Bersyukurlah Kepada Allah

• Bersyukur kepada Allah adalah perintah.

“Karena itu, ingatlah (berdzikirlah) kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu kufur (mengingkari nikmat)-Ku” (QS. Al-Baqarah: 152).

• Tidak bersyukur berarti kufur. Lihat QS. Al-Baqarah: 152, dan firman Allah:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, namu jika (sebaliknya) kamu justru kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka esungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

• Bersyukur adalah kebutuhan. Karena semua tentu ingin bertambahnya nikmat, dan syarat serta jalan untuk itu adalah bersyukur. Sehingga semakin banyak dan baik seseorang bersyukur, maka pasti akan semakin banyak dan bertambah nikmat Allah atasnya. Dan jika nikmat berkurang bagi seseorang, maka pasti itu karena ia kurang atau tidak bersyukur. Itu kaidahnya! (Lihat: QS. Ibrahim: 7 diatas).

• Bersyukur adalah kebutuhan. Karena dengan banyak bersyukur seseorang akan selalu stabil, tenang, tenteram, damai dan bahagia dalam hidupnya, bagaimanapun keadaannya. Sedangkan jika tidak bersyukur seseorang akan selalu berada dalam kondisi labil, tidak tenang, tidak tenteram, tidak damai, dan tidak bahagia. Karena ia akan selalu mengeluh dan mengeluh. Dan orang yang banyak mengeluh adalah orang yang tidak atau sedikit bersyukur.

• Bagaimana bersyukur kepada Allah?

Setidaknya ada tujuh kewajiban untuk membuktikan syukur kita kepada-Nya:

1. Banyak bertafakkur memikirkan dan merenungkan nikmat-nikmat Allah yang sangat banyak tak terhingga (كَثْرَةُ التَّفَكُّرِ فِي نِعْمَةِ الله). Khususnya pada saat-saat dan dalam kondisi-kondisi diamana seseorang sedang diuji dengan hilangnya sebagain nikmat darinya, atau ia merasa akan kurang atau sedikitnya nikmat Allah yang diterimanya. Karena nikmat Allah bagi siapapun itu sangat beragam dan banyak sekali tak terhitung. Maka jika seseorang merasa nikmat yang diterimanya sangat kurang atau sangat sedikit, yang sampai membuatnya banyak mengeluh dan bahkan ada yang sampai protes dan komplain kepada Allah, bahkan lagi sampai-sampai ada yang menuduh Allah tidak adil. Itu semua pasti karena ia tidak atau kurang bertafakkur untuk memikirkan dan merenungkan nikmat-nikmat-Nya yang sangat banyak sekali, sehingga tidak menyadarinya dan tidak mengetahuinya.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya.. Dan jika kamu (hendak) menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat kufur (mengingkari nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34)..

“Dan jika kamu (hendak) menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. A-Nahl: 18).

2. Mengakui nikmat-nikmat Allah (الاعْتِرَافُ بِنِعْمَةِ الله). Dengan banyak bertafakkur, pasti kita akan mengetahui dan menyadari banyak sekali nikmat Allah atas kita, yang semula tidak kita ketahui dan sadari. Nah kewajiban syukur berikutnya setelah tahu dan sadar adalah mengakui bahwa, semua yang ada pada kita itu, bahkan termasuk yang belum kita ketahui dan sadari sekalipun, adalah nikmat, karunia, anugerah dan pemberian dari Allah, sebagai bagian dari bukti luasnya rahmat-Nya. Dan pengakuan terhadap nikmat Allah adalah salah satu bentuk dan bukti syukur yang sangat istimewa nilainya. Dan karena sikap tidak mengakui itu sama dengan mengingkari. Dan mengingkari sama dengan mengkufuri. Karena memang arti kufur adalah ingkar. Lalu bukankah adzab yang menimpa Qarun adalah akibat kesombongannya yang tidak mau mengakui bahwa, kekayaannya adalah nikmat karunia Allah?

عَن عبد الله بنِ غَناَم البَيَاضي رضي الله عنه أَنَّ رسولَ الله صلَّى اللهُ علَيهِ وسَلَّمَ قالَ: “مَن قالَ حِيْنَ يُصْبِحُ: (اللهمَّ ما أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِن خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لا شَرِيكَ لَكَ، فَلَكَ الحَمْدُ ولَكَ الشُّكْرُ)، فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ، ومَنْ قَالَ مِثْلَ ذلِكَ حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ” (رواه أبو داود والنسائي وابن حبان في صحيحه).

Dari ASbdullah bin Ghanam Al-Bayadhi radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang pada pagi harinya membaca dzikir ini: Allahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi-ahadin min khalqika, famin-Ka wahdaKa laa syariika laKa (Ya Allah, nikmat apapun yang ada padaku, atau pada siapapun diantara makhluk-Mu, di pagi ini semua itu hanyalah berasal dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu, segala puji hanya untuk-Mu, dan segala ungkapan syukurpun hanya untuk-Mu), maka berarti ia telah menunaikan kewajiban syukurnya untuk hari itu. Dan barangsiapa yang mengucapkan dzikir seperti itu pada sore harinya, maka berarti ia telah memenuhi kewajiban syukurnya untuk malam itu” (HR. Abu Dawud, An-Nasaa-i dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

”Qarun berkata: “Sesungguhnya aku diberi semua harta itu, hanya karena ilmu yang ada padaku”. Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka; …. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya) (QS. Al-Qashash: 78&81).

3. Mengungkapkan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah yang tidak pernah putus (التَّعْبِيْرُ عَنِ الشُّكْرِ). Baik dengan pengucapan lesan melalui berbagai kalimat dzikir pujian, sanjungan dan pengagungan Allah Azza wa Jalla, seperti tahmid, tasbih, takbir, tahlil, dan lain-lain (lihat materi dzikrullah), maupun melalui amal perbuatan seperti sujud syukur.

عَن عبدِ الّرحْمن بنِ عَوْفٍ رضي الله عنه قالَ: سَجَدَ النَّبِيُّ صلَى اللهُ علَيهِ وسلَّمَ فَأَطَالَ السُّجُودَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: “إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي فَبَشَّرَنِي، فَسَجَدْتُ لِلّهِ شُكْرًا” (رواه أحمد وصَحَّحَه الحاكم).

4. Menjaga dan memelihara setiap nikmat dengan sebaik-baiknya sebagai amanah dari Allah (حِفْظُ النِّعْمَةِ وَالمُحَافَظَةُ عَلَيْهَا). Oleh karena itu segala prilaku dan tindakan yang berakibat penyia-nyiaan, perusakan dan apalagi penghilangan setiap nikmat pemberian Allah, baik itu nikmat fisik, harta maupun yang lainnya,.adalah dilarang keras dan diharamkan. Seperti minuman keras yang merusak akal, narkoba yang merusak semuanya, merusak dan menyakiti anggota tubuh sendiri, membuang harta milik sendiri, apalagi membunuh diri sendiri, semuanya diharamkan dan merupakan dosa-dosa besar sesuai tingkatan masing-masing.

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah: 195).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَال”.ِ

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai dari kalian tiga perkara dan membenci dari kalian tiga perkara; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kalian berpegang teguh dengan agama-Nya dan tidak berpecah belah. Dan Dia membenci dari kalian desas-desus/rumor /gosip, banyak bertanya (yang tidak perlu) dan tindakan menyia-nyiakan harta.” (HR. Muslim).

أَنَّ ثَابِتَ بْنَ الضَّحَّاكِ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ بَايَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال:َ “مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ بِمِلَّةٍ غَيْرِ الْإِسْلَامِ كَاذِبًا فَهُوَ كَمَا قَالَ وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ عَلَى رَجُلٍ نَذْرٌ فِي شَيْءٍ لَا يَمْلِكُهُ”.

Bahwa Tsabit bin adh-Dhahhak telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaiatnya di bawah pohon. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain agama Islam secara dusta maka keadaannya adalah seperti ucapannya. Barangsiapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu (alat) maka dia akan disiksa dengan alat tersebut pada Hari Kiamat. Dan seseorang tidak berhak (tidak dibenarkan) bernadzar dengan sesuatu yang tidak dimilikinya.” (QS. Muttafaq ‘alaih).

5. Memanfaatkan setiap nikmat sesuai tujuan yang dikehendaki dan diridhai Sang Pemberi, Allah Ta’ala (تَسْخِيْرُ النِّعْمَةِ لِمَا يُرْضِي المُنْعِمِ), serta berupaya memenuhi segala konsekuensinya. Karena setiap kita nanti akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban atas setiap nikmat pemberian Allah, telah dipakai untuk apa? Apakah telah sesuai dengan kehendak dan keridhaan Sang Pemberi ataukah tidak? Dan balasan serta pembalasan akan diberikan sesuai dengan bentuk dan tingkat pertanggungjawaban.

“Dan janganlah kamu ikut-ikutan saja dalam apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya” (QS. Al-Israa’: 36).

”Kemudian kalian pasti akan ditanyai (diminta pertanggungjawaban) pada hari itu tentang nikmat-nikmat (yang kamu terima dan nikmati di dunia)” (QS. At-Takaatsur: 8).

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ” (رواه الترمذي، و قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).

Dari Abu Barzah Al Aslami berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser (dari pengadilan Allah) pada hari kiamat sampai (selesai) ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan tentang fisiknya untuk apa ia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi, beliau berkata: Hadits 


ini hasan shahih).

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, (karena) mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raaf: 179).

6. Bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam upaya ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Dzat Pemberi, Allah ‘Azza wa Jalla (المُجَاهَدَةُ فِي التَّقَرُّبِ إِلَى المُنْعِمِ). Dan itu dengan beragam amal dan ibadah sesuai kemampuan, kondisi dan situasi setiap orang.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى”

Dari Abu Dzarr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Setiap pagi dari setiap persendian masing-masing kalian harus ada sedekahnya. Dan setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, setiap nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu bisa tercukupi dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR.Muslim).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَة:ُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ: “أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا”، فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, mengapa Engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosamu (andaipun ada) yang telah lalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?” Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat (malam) sambil duduk, apabila beliau hendak ruku’ maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku.’ (HR. Muttafaq ‘alaih).

7.Banyak-banyak beristighfar memohon ampunan kepada Allah Dzat Maha Pemurah dan Maha Pemberi karena ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban syukur yang seharusnya dan yang sebenar-benarnya (كَثْرَةُ الاسْتِغْفَارِ للتَّقْصِيْر فِي أَدَاءِ الشُّكْرِكَمَا يَنْبَغْي). Karena betapapun seseorang berupaya optimal dan maksimal dalam memenuhi kewajiban syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang diterimanya, namun tetap tidaklah mungkin ia mampu. Sederhana saja, bagamana mungkin ia bisa memelakukan kewajiban syukur seluruhnya, sementara amal-amalnya tetap saja terbatas dan bisa dihitung, yang tentu tidak akan sebanding dengan nikmat-nikmat Allah yang tidak terbatas dan tidak terhingga? Lalu mari renungkan, apa perintah Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam rangka mensyukuri nikmat puncak yang telah beliau dan para sahabat idam-idamkan sepanjang usia dakwah Islam, yang berupa kemenangan gilang gemilang, penaklukan kota Mekkah dan berbondong-bondongnya masyarakat jazirah Arab masuk Islam? Bukankah beliau diperintahkan mensyukuri semua itu, justru dengan bertasbih, bertahmid dan beristighfar?

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (penaklukan Mekkah).Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka (sebagai bentuk syukur) bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan beristighfarlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” (QS. An-Nashr: 1-

Tidak ada komentar: